Deras hujan menyambut (11/7) dini hari. Banyumas telah meninggalkan batas kotanya untuk Brebes datang menyambut. Empat Pesepeda aksi tolak Omnibus Law masih belum menunjukkan raut wajah menyerah. Pandang matanya masih tajam. Deru campur debu di pakaiannya semakin menegaskan perjuangan yang diyakini.
Di Brebes, Thoriq datang menyambut. Pertemuan yang menarik. Representasi sesama GEBRAK. Aksi pesepeda tolak Omnibus Law mewakili Gerakan Buruh Untuk Rakyat. Sementara, Thoriq mewakili Gerakan Berantas Korupsi. Solidaritas rakyat memang telah diniscayakan menembus batas-batas. Sebelum beristirahat sejenak, percakapan hangat mengalir,
“Kawan-kawan buruh, keluarga kami sebagai rakyat jadi kesusahan juga karena korupsi merajalela, Mas. Oleh karenanya, kita ikut berjuang untuk pemberantasan korupsi tersebut.”, Ujar Jarpo.
“Korupsi itu memiskinkan rakyat, Mas. Dampak korupsi terhadap orang miskin tentu yang miskin akan terus menjadi miskin, karena uang publik, termasuk uang si miskin, akan habis oleh koruptor sehingga hanya sedikit bahkan tidak ada yg kembali untuk si miskin. Sudah tepat memang kita untuk berjuang memberantas bersama hal tersebut.”, jawab Thoriq.
Paginya, tidak hanya tempat, solidaritas dari Gerakan Berantas Korupsi ini juga berlanjut untuk ikut mengiringi perjalanan sampai Cirebon. Percakapan sebelum istirahat kembali berlanjut sebelum meneruskan perjalanan. Terutama giat saling menyemangati irisan perjuangan, keterlibatan Serbuk Indonesia dalam giat JAGA Kesehatan dari wadah pegawai KPK yang dilakukan, lalu pengawalan dukungan untuk Novel Baswedan, dan lain sebagainya menjadi pembahasan yang semakin menabalkan giat persatuan. Thoriq mengatakan, “Bagus ini, Mas, aksi bersepeda Jogja-Jakarta untuk menggugah kesadaran publik bahwa omnibus law berpotensi merugikan banyak orang, selain itu juga untuk memberikan peringatan pada kekuasaan bahwa masih ada publik yg kritis, masyarakat harus tahu jahatnya Omnibus Law,”.
Sementara itu, dari kota Gudeg, aksi bersepeda tolak Omnibus Law ini mewarnai satu halaman penuh koran cetak Tribun Jogja. Judulnya gahar, Misi 523 Km Memancal Pedal. Muncul juga di media online Tribun dan Harian Jogja. Berita perjuangan, memang sudah selayaknya untuk terus dikabarkan.
Panas matahari semakin buas. Ditambah jalanan pantura terkenal beringas. Bus-bus dan Truck besar beradu riuh dalam kecepatan yang tinggi. Pesepeda aksi tolak Omnibus Law meningkatkan kewaspadaan. Peluh membasahi tubuh. Tak terasa lebih dari Sepuluh botol air mineral telah tandas.
Terlihat gapura bertuliskan selamat datang di Jawa Barat. Perasaan haru membuncah. Senyum mengembang dari atas sepedanya masing-masing. Sesampainya di Losari, Cirebon, rombongan beristirahat sejenak. Beberapa warga berdatangan untuk mendekati rombongan pesepeda ini. Stiker dan selebaran dibagikan. Lagi-lagi solidaritas muncul dari masyarakat biasa. Beberapa botol air mineral diberikan kepada rombongan pesepeda. Sempat juga ditawari untuk diberi makanan berat seperti nasi berporsi besar, namun karena alasan stamina dan keseimbangan makanan, tawaran tersebut berubah menjadi makanan kecil seperti roti dan buah-buahan.
“Terima kasih sekali, Pak, Buk.”
Pedal kembali dipancal. Pusat kota Cirebon menjadi tujuan. Sore yang cukup teduh mengantarkan pesepeda penolak Omnibus Law ini disambut komunitas Pit Duwur Cirebon dan kawan-kawan buruh pt Daiwabo. Tak berselang lama, datang juga saudara dari teman di Jogja yang memberikan solidaritasnya. Pertukaran kabar, saling menyemangati, dan semangat perjuangan menjadi daya gerak yang semakin menguat di depan Balai Kota Cirebon yang disirami cahaya matahari yang mulai menguning, sore itu.
Petang yang mulai datang mengantarkan rombongan Pesepeda tolak Omnibus Law dan Pit Duwur Cirebon ini untuk sejenak beristirahat di Palimanan, Basecamp dari Pit Duwur Cirebon. Lokasinya cukup berdekatan dengan perbatasan kota Indramayu. Di sana, stamina kembali ditingkatkan. Sepeda dicek sana-sini sekiranya membutuhkan sedikit perbaikan. Sebelum kembali bergegas, salah satu kawan dari komunitas Pit Duwur Cirebon berujar, “Hati-hati yo, Cah. Terus semangat pokoknya.”
Perjalanan malam dan dini hari yang panjang ditempuh kembali. Indramayu, Jatibarang, Lohbener, terus dikayuh sampai Simpang Jomin, Cikampek. Gigil cukup menusuk tulang. Namun solidaritas dan niatan juang yang kuat untuk menolak Omnibus Law menolak untuk berhenti. Sesampainya di Simpang Jomin, waktu menunjukkan hampir Shubuh. Joko, perwakilan Serbuk Indonesia Pt NKI menawarkan rumahnya untuk menjadi tempat beristirahat.
Di hari Ketiga sampai memasuki hari Keempat, 214 Km telah tertempuh. Rencananya, sebelum tengah hari rombongan Pesepeda akan bergegas menuju penyambutan dari Sekretariat Pusat Serbuk Indonesia di Karawang. Bahkan buruh-buruh anggota Serbuk di Karawang juga akan membarenginya dengan sepeda masing-masing. Kebenaran untuk perjuangan akan selalu ada. Akan terus berlipat ganda. Kuatkan selalu kepal juangmu kawan-kawan!.
Bersambung…