Pagi baru jatuh (10/7) di alun-alun kutoarjo, Purworejo. Suasana sekitar terasa sejuk. Peregangan dan pelemasan tubuh untuk melanjutkan perjalanan juga sudah dilakukan. Ratih, Serbuk Jateng-DIY Purworejo ikut mengantar sebelum pemberangkatan selanjutnya.
“Terus berjuang, hati-hati.”
Rombongan pesepeda melanjutkan perjalanan. Tiga sepeda tinggi menjulang dan Satu sepeda berukuran sedang tetap terlihat gagah dalam setiap kayuhannya. Caping merah bertuliskan tolak Omnibus Law menarik beberapa pasang mata. Terlebih tulisan yang sama pada poster di kemudi dan kaos yang dikenakan. Jelas sekali.
Memasuki kota Kebumen, salah satu pengendara motor tiba-tiba membarengi rombongan pesepeda tolak Omnibus Law dari sisi samping. Tampilannya sederhana. Dari raut wajahnya, ia begitu bersimpati dan tertarik dengan aksi kultural ini. Ia berujar, “Mas, aku bersolidaritas buat aksi kawan-kawan yaa. Ini saya ada dana tidak banyak. Semoga bisa dipergunakan selama di perjalanan”. Uang sebesar 100.000 diberikan. Dari perwakilan masyarakat biasa, ketulusan mendukung perjuangan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebelum sempat menanyakan nama, pengendara motor itu telah lebih dulu bergegas pergi.
Matahari sudah hampir menuju titik tengahnya. Rombongan berhenti di Gombong untuk Istirahat dan melakukan sholat Jumat. Di sekitaran tempat tersebut, beberapa warga menghampiri dengan bergerombol penasaran dan bertanya-tanya. Momen yang baik tersebut dimanfaatkan dengan membagi selebaran, stiker, dan menjelaskan maksud aksi bersepeda tolak Ombibus Law. Mereka mengangguk-anggukkan kepala. Suasananya hangat dan guyub sekali.
Masih di ruas perjalanan kota Kebumen, kali ini datang solidaritas dalam bentuk lain. Dari perkenalan singkat, namanya Muklis, lagi-lagi perwakilan masyarakat biasa yang mendukung perjuangan aksi bersepeda tolak Omnibus Law ini.
“Mas, saya bersolidaritas pada aksinya teman-teman. Ini saya dengan motor ini akan ikut mengawal sampai daerah Ajibarang, Purwokerto.”
Semangat Muklis mendukung aksi ini menjadikan daya semangat berlipat. Jo, salah satu rombongan pesepeda menimpali, “Terimakasih sekali, Mas. Siap.”
Solidaritas-solidaritas menambah bara api perjuangan aksi bersepeda Tolak Omnibus Law ini. Bukti bahwa memang hanya melalui rakyat, klas pekerja, perjuangan dan persatuan menunjukkan keniscayaannya. Cuaca cerah. Hamparan sawah dan pepohonan membentang di sisi kiri dan kanan jalan raya.
Akhirnya rombongan pesepeda memasuki kota Purwokerto. Di langit, malam semakin bertambah malam. Istirahat untuk menutup hari disiapkan. Di hari Kedua, kurang lebih 115 kilometer telah tertempuh. Besok, perjalanan menuju Brebes dan kota-kota selanjutnya akan dilanjutkan. Lelah dan letih di hari kedua terbayarkan dengan solidaritas-solidaritas yang diberikan. Tunggu kami Jakarta, daya juang kami telah semakin berlipat ganda.
Bersambung…